HANYA INFORMASI ...BUKAN JANJI...Konsultasi : mbahkahono@gmail.com

Kamis, 11 Juli 2013

Misteri Uang Balik Persembahan Nyai Ronggeng

INI cara sederhana pesugihan. Namanya, uang balik Nyai Ronggeng atau yang biasa juga disebut dengan pesugihan Nyai Ronggeng. Mengapa disebut begitu?
“Kalau kita belanja, maka uang yang kita belanjakan tadi bisa balik lagi ke kita,” kata Mbah Marso (60), juru kunci yang biasa dimintai tolong mendapatkan pesugihan ini. Jadi dengan begitu, maka kekayaan akan didapatkan secara perlahan-lahan.
Terus bagaimana cara mendapatkan pesugihan ini? “Ya, harus melakukan ritual di makam Nyai Ronggeng ini,” lanjut Mbah Marso. Makam Nyai Ronggeng lokasinya berada di Desa Jabres, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di kalangan supranatural, makam ini sudah sangat dikenal.
Lokasi makam Nyai Ronggeng yang berada di ujung gang, di tengah persawahan warga, menjadikannya sangat mudah dikenali. Di tempat ini, hanya terdapat satu makam. Dan itulah makam Nyai Ronggeng atau ada juga yang menyebutnya makam Mbah Pucung.
Menurut Mbah Marso, tempat ini sering dikunjungi orang untuk ngalab berkah. Mereka datang dari berbagai penjuru tanah air. Rata-rata niatnya untuk mendapatkan pesugihan uang balik.
“Pengunjung datang dari mana saja. Ada yang datang dari Jakarta, Semarang, Solo, Jawa Barat, Jawa Timur maupun luar pulau Jawa. Justru yang tidak ada, dari Kebumen sendiri. Itu karena mitos, bahwa gaib penunggu tempat ini, tidak akan memberikan pesugihan apapun kepada warga Kebumen, kata Mbah Marso.
Mencari pesugihan uang balik di makam Nyai Ronggeng ini, sudah lama dilakukan. Bahkan sudah ada sejak juru kunci dipegang oleh kakek buyut Mbah Marso.
“Tapi terus terang, saya sendiri sebenarnya kurang berkenan kalau ada orang datang mencari pesugihan. Makanya di sini saya Cuma menjaga saja. Untuk ritualnya silahkan dilakukan sendiri,” ujar Mbah Marso.
Biasanya pengunjung yang datang untuk mencari pesugihan, selalu membawa paranormal sendiri. Itu karena Mbah Marso, enggan mendampingi. Dia hanya mau mendampingi pengunjung yang ngalab berkah dengan keinginan di luar pesugihan.
“Untuk syarat-syarat ritualnya, antara ngalab berkah dengan niatan lain dan pesugihan uang balik sama. Mereka wajib membawa sesaji berupa kembang, kemenyan, degan hijau, telur ayam kampung serta alat-alat kecantikan,” terang Mbah Marso.
Membawa alat kecantikan ini hukumnya wajib, karena yang ditemui adalah sosok arwah Nyari Ronggeng, seorang perempuan yang semasa hidupnya dikenal suka berdandan serta berparas cantik jelita. Dan alat kecantikan yang dimaksud, diantaranya seperti kaca, bedak, gincu, sisir, serta minyak wangi. “Ritual ini bisa dilakukan kapan saja. Tapi, yang paling baik pada malam Rabu hingga malam Jum’at. Karena di hari-hari itu, arwah Nyai Ronggeng pasti akan ada di sini,” urai Mbah Marso.
Sebelum melakukan ritual, Mbah Marso lebih dulu akan bertanya kepada pengalab berkah. Jika niatnya untuk mencari pesugihan, maka Mbah Marso tidak akan mendampingi. Dia hanya akan membakarkan kemenyan, lalu meninggalkan pengalab berkah untuk berdoa sendiri.
Konon, saat berdoa sendiri inilah, jika berjodoh pengalab berkah akan ditemui oleh arwah Nyai Ronggeng. Saat itu akan dilakukan perjanjian atau kesepakatan gaib antara pengalab berkah dengan Nyai Ronggeng.
Ini kesepakatan ini, diantaranya adalah penyediaan tumbal nyawa. “Jadi tidak ada yang gratis dalam hal pesugihan. Semua harus ada imnbalannya, termasuk pesugihan uang balik ini,” kata Mbah Marso.
Jika si pengalab berkah sudah setuju dengan kesepakatan gaib ini, makam dalam waktu sekejap, sosok arwah Nyai Ronggeng akan menghilang. Lalu berganti dengan lembaran uang kertas senilai Rp100 ribu yang tergeletak di atas pusara makam. Itu artinya, permintaan si pengalab berkah telah disetujui. Dan uang lembaran Rp100 ribu tersebut, jika dibelanjakan akan kembali utuh ke dalam dompet si pemuja pesugihan.
“Bisa dibelanjakan apa saja, yang penting tidak lebih dari Rp100 ribu. Nantinya, selain mendapatkan kembalian dari barang yang dibeli, uang Rp100 ribu yang dibelanjakan akan kembali lagi. Biasanya uang itu akan muncul tiba-tiba dalam dompet, sesaat setelah keluar dari toko atau warung tempat si pelaku pesugihan membelanjakan uangnya,” beber Mbah Marso.
Jadi Pengikut
Perihal tumbal, di sini umumnya yang diambil adalah nyawa keluarga dan kerabat dekat. Bisa anak, istri, orangtua, saudara kandung, saudara sepupu dan lain sebagainya. Semua tergantung apa yang diinginkan oleh arwah Nyai Ronggeng selaku pemberi pesugihan.
“Si penganut pesugihan ini tidak bisa menolak apapun tumbal yang diinginkan Nyai Ronggeng. Karena ini itu saya harap setiap orang yang ingin mencari pesugian uang balik ini, berpikir seribu kali, sebelum menyesal kemudian,” saran Mbah Marso.
Tumbal ini juga tidak hanya sekali diminta. Tapi tumbal harus diserahkan di setiap 40 hari sekali. Artinya, setiap 40 hari sekali itu, akan ada nyawa keluarga dekat dan kerabat yang bakal melayang. “Setelah semua keluarga habis, giliran nyawa si pelaku pesugihan sendiri yang akan menjadi tumbalnya. Dan setelah meninggal, sebagai gantinya arwah si pelaku pesugihan akan menjadi pengikut Nyai Ronggeng di alam gaib,” tutur Mbah Marso.
Makam Nyai Ronggeng sendiri sebenarnya ada dua. Konon, kedua makam itu merupakan kuburan kepala dan badan Nyai Ronggeng. Untuk kuburan kepala, lokasinya berada di belakang rumah juru kunci, Mbah Marso. Sedangkan yang terdapat di area persawahan warga, adalah makam badan Nyai Ronggeng.
Agar ritual afdol, biasanya pencari pesugihan diajak untuk berziarah lebih dulu di makam kepala Nyai Ronggeng, yang terdapat di belakang rumah Mbah Marso. Setelah itu, baru kemudian ke makam yang ada di tengah sawah.
“Saat di makam kepala Nyai Ronggeng, cukup ziarah saja. Baru di makam badan Nyai Rongggeng, ritual bisa dimulai,” ungkap Mbah Marso, yang sudah 10 tahun lebih menjadi juru kunci di tempat ini.
Meski keramat, makam Nyai Ronggeng juga tidak dinaungi oleh cungkup atau bangunan yang megah. Tak jelas apa alasannya. Tapi kabarnya, itu disebabkan karena arwah Nyai Ronggeng tak pernah memberikan berkahnya kepada warga Kabupaten Kebumen, khususnya yang tinggal di Desa Jabres, justru berkah Nyai Ronggeng hanya diberikan kepada orang yang tinggal di luar Kabupaten Kebumen, termasuk berkah pesugihan uang balik.
Memikat Banyak Pejabat
Siapa jati diri Nyai Ronggeng ini sebenarnya? Dan kenapa makamnya bisa menjadi tempat ritual untuk pesugihan uang balik ini? Dari cerita turun temurun yang didapat Mbah Marso, Nyai Ronggeng semasa hidupnya adalah wanita yang sangat cantik. Dia berprofesi sebagai penari ronggeng dan memiliki nama asli Dewi Sulastri. “Dia hidup pada jaman Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati,” jelas Mbah Marso.
Sayangnya tak pernah diketahui bagaimana asal usul Dewi Sulastri. Dia adalah seorang pengembara, yang menyambung hidup dengan bekerja sebagai penari ronggeng keliling. Sebagai seorang penari ronggeng yang cantik, Dewi Sulastri banyak digandrungi para lelaki. Tidak hanya kalangan orang biasa, tapi juga para petinggi kerajaan. Sayangnya, tak satupun yang membuat hati Dewi Sulastri tertarik.
Dalam pengembaraannya, Dewi Sulastri sempat bermukim di Desa Jabres. Dan saat berada di Desa Jabres inilah, Dewi Sulastri ditaksir oleh seorang demang di wilayah itu, yang berniat menjadikannya istri. “Tapi karena demang itu sudah beristri, maka dengan halus Dewi Sulastri menolaknya,” cerita Mbah Marso.
Namun penolakan Dewi Sulastri ini, membuat sang demang menjadi marah. Dia pun nekat memperkosa Dewi Sulastri. Dalam hatinya saat itu, tidak bisa dengan cara halus, maka cara kasar harus ditempuh.
Setelah diperkosa, demang ini lantas memberikan sejumlah uang. Tapi uang itu kemudian ditolak dan langsung dibuang oleh Dewi Sulastri.  “Waktu itu, Dewi Sulastri menganggap, jika pemberian uang tersebut diterima, maka dia tak ubahnya seperti seorang pelacur,” ujar Mbah Marso.
Tapi perbuatan Dewi Sulastri ini malah membuat sang demang semakin terhina. Karenanya, tanpa belas kasihan, dia langsung membunuh Dewi Sulastri.
Setelah itu, kepalanya dipenggal hingga terlepas dari badannya. Selanjutnya, kepala yang sudah dipenggal tadi, dikubur terpisah dengan bagian badannya. “Jadi, munculnya mitos uang balik itu ya dari peristiwa pemberian uang oleh demang, yang lantas dikembalikan atau ditolak Dewi Sulastri,” jelas Mbah Marso.
Konon, setelah dibunuh, arwah Dewi Sulastri terus bergentayangan. Dia menuntut balas kepada sang demang. Bahkan sang demang akhirnya ditemukan terbunuh, dengan sebab yang misterius.
Tak berhenti di situ, Dewi Sulastri juga selalu ingin menuntut balas kepada setiap lelaki. Karena itulah, muncul mitos tentang uang balik, yang hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Dan kenyataannya memang, hingga kini, yang bisa berhasil dengan ritual pesugihan uang balik itu, hanya kaum laki-laki saja. “Dan orang yang terjerumus ke pesugihan ini, pasti tak akan bisa kembali lagi. Pada akhirnya, dia akan menjadi pengikut Nyai Ronggeng di alam sana. Dendam Nyai Ronggeng telah kesampaian,” ujar Mbah Marso.
Banyak yang percaya, arwah Nyai Ronggeng sampai saat ini masih bergentayangan. Meski tidak menyakiti, tapi kemunculannya sering membuat resah masyarakat